Tetesan embun menyambut pagiku, seperi hari-hari kemarin, sepertinya bayangmu terus mencoba menegurku. Sangat jelas, aku bahkan dapat melihat lengkungan yang tergores dibibirmu itu.
Semua terlihat mustahil, disini; aku masih memiliki perasaan itu.
Perasaan yang aneh, perasaan yang bermulai tanpa banyak basa-basi dan teori yang jelas, dengan alur cerita yang sampai sekarang tak pernah kupahami.
Setahun yang lalu, kita bertemu. Kita yang bahkan tak mengenal satu sama lain. Ketertarikan itu muncul sangat aneh, semua terlihat begitu membingungkan. Perasaan itu muncul saat kusadari banyaknya persamaan diantara kita, dan belum lagi. Penyatuan gagal ini disebabkan karena beberapa temanku yang sering menggoda seolah-olah kita memiliki perasaan yang sama. Bodoh, seharusnya aku tak terperangkap selama ini, seharusnya aku tak terjatuh sejauh ini, seharusnya aku tak tenggelam sedalam ini.
Dalam rentetan bulan, perasaan itu masih mengusikku. Masih membiarkan sosokmu masuk dalam relung-relung terkecil dihatiku. Mungkin kau akan tertawa mendengarkan perasaan yang terus berlanjut ini, perasaan yang aneh, yang mungkin tak dapat logika mu terima. Perasaan yang berawal dari berbagai godaan atas perasaan ku kepadamu, yang hanya gurauan semata, mengapa semakin menjadi-jadi?
Tuan, seadainya kau tahu. Usahaku begitu keras melupakan setiap detail terkecil tentang dirimu.
Melupakan senyummu yang kemarin masih dapat kurasakan dengan sangat jelas, namun sekarang nampaknya senyum itu hanya dapat kuingat. Karena kenangan itu benar-benar tinggal disini; hatiku.
Awalnya, aku pikir ini hanya ketertarikan semata yang akan hilang tersapu waktu, namun nampaknya yang kufrekuensikan selama ini salah. Sudah lebih setahun sejak kau benar-benar menghilang, kita bahkan tak pernah bertemu, bahkan pesan yang sering kali kuterima di dinginnya malam seperti kemarin, tak dapat kurasakan lagi. Sosokmu benar-benar pudar dari tatapanku, namun hangatnya senyum itu masih dapat kurasakan, dalam bayangku.
Menyakitkan jika perasaan ini terus berlanjut.
Memilukan, kau bahkan telah memiliki sesosok wanita yang spesial disana. Sedangkan aku masih terjebak dengan teori aneh ini. Sudah terlalu lama aku disini, berdiam diri, menanti suatu yang terlihat begitu samar, yang bahkan tak kuketahui getaran yang akan datang. Sesakit inikah? Disini aku masih memperhatikanmu. Masih menguntitmu dalam dunia maya, Aku memang penakut, Aku takut perasaan ini akan benar-benar kau rasakan. Aku memang pengecut. Aku tak akan pernah mendapatkan keberanian untuk mengungapkan perasaan yang terus menenggelamkanku dalam air mataku ini.
Disini, aku masih menjagamu dalam kejauhan, masih menunggu jemari-jemarimu menuliskan kabar terbarumu dalam recent tweets, masih memelukmu dalam kehangatan doaku.
Kuharap kau tahu, tulusnya perasaan yang tak gubris itu.
Perasaan bodoh seorang gadis yang terus berlanjut pada sosok yang hanya mengangapnya seorang teman, ia melihat bintang dalam kesunyian malamnya, menahan air matanya agar tak lagi terjatuh. Dinginnya angin malam terus memeluknya, ia masih bertanya, bolehkah perasaan itu terus berlanjut?
Jumat, 01 November 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jumat, 01 November 2013
Bolehkah Perasaan Itu Terus Berlanjut?
Tetesan embun menyambut pagiku, seperi hari-hari kemarin, sepertinya bayangmu terus mencoba menegurku. Sangat jelas, aku bahkan dapat melihat lengkungan yang tergores dibibirmu itu.
Semua terlihat mustahil, disini; aku masih memiliki perasaan itu.
Perasaan yang aneh, perasaan yang bermulai tanpa banyak basa-basi dan teori yang jelas, dengan alur cerita yang sampai sekarang tak pernah kupahami.
Setahun yang lalu, kita bertemu. Kita yang bahkan tak mengenal satu sama lain. Ketertarikan itu muncul sangat aneh, semua terlihat begitu membingungkan. Perasaan itu muncul saat kusadari banyaknya persamaan diantara kita, dan belum lagi. Penyatuan gagal ini disebabkan karena beberapa temanku yang sering menggoda seolah-olah kita memiliki perasaan yang sama. Bodoh, seharusnya aku tak terperangkap selama ini, seharusnya aku tak terjatuh sejauh ini, seharusnya aku tak tenggelam sedalam ini.
Dalam rentetan bulan, perasaan itu masih mengusikku. Masih membiarkan sosokmu masuk dalam relung-relung terkecil dihatiku. Mungkin kau akan tertawa mendengarkan perasaan yang terus berlanjut ini, perasaan yang aneh, yang mungkin tak dapat logika mu terima. Perasaan yang berawal dari berbagai godaan atas perasaan ku kepadamu, yang hanya gurauan semata, mengapa semakin menjadi-jadi?
Tuan, seadainya kau tahu. Usahaku begitu keras melupakan setiap detail terkecil tentang dirimu.
Melupakan senyummu yang kemarin masih dapat kurasakan dengan sangat jelas, namun sekarang nampaknya senyum itu hanya dapat kuingat. Karena kenangan itu benar-benar tinggal disini; hatiku.
Awalnya, aku pikir ini hanya ketertarikan semata yang akan hilang tersapu waktu, namun nampaknya yang kufrekuensikan selama ini salah. Sudah lebih setahun sejak kau benar-benar menghilang, kita bahkan tak pernah bertemu, bahkan pesan yang sering kali kuterima di dinginnya malam seperti kemarin, tak dapat kurasakan lagi. Sosokmu benar-benar pudar dari tatapanku, namun hangatnya senyum itu masih dapat kurasakan, dalam bayangku.
Menyakitkan jika perasaan ini terus berlanjut.
Memilukan, kau bahkan telah memiliki sesosok wanita yang spesial disana. Sedangkan aku masih terjebak dengan teori aneh ini. Sudah terlalu lama aku disini, berdiam diri, menanti suatu yang terlihat begitu samar, yang bahkan tak kuketahui getaran yang akan datang. Sesakit inikah? Disini aku masih memperhatikanmu. Masih menguntitmu dalam dunia maya, Aku memang penakut, Aku takut perasaan ini akan benar-benar kau rasakan. Aku memang pengecut. Aku tak akan pernah mendapatkan keberanian untuk mengungapkan perasaan yang terus menenggelamkanku dalam air mataku ini.
Disini, aku masih menjagamu dalam kejauhan, masih menunggu jemari-jemarimu menuliskan kabar terbarumu dalam recent tweets, masih memelukmu dalam kehangatan doaku.
Kuharap kau tahu, tulusnya perasaan yang tak gubris itu.
Perasaan bodoh seorang gadis yang terus berlanjut pada sosok yang hanya mengangapnya seorang teman, ia melihat bintang dalam kesunyian malamnya, menahan air matanya agar tak lagi terjatuh. Dinginnya angin malam terus memeluknya, ia masih bertanya, bolehkah perasaan itu terus berlanjut?
Semua terlihat mustahil, disini; aku masih memiliki perasaan itu.
Perasaan yang aneh, perasaan yang bermulai tanpa banyak basa-basi dan teori yang jelas, dengan alur cerita yang sampai sekarang tak pernah kupahami.
Setahun yang lalu, kita bertemu. Kita yang bahkan tak mengenal satu sama lain. Ketertarikan itu muncul sangat aneh, semua terlihat begitu membingungkan. Perasaan itu muncul saat kusadari banyaknya persamaan diantara kita, dan belum lagi. Penyatuan gagal ini disebabkan karena beberapa temanku yang sering menggoda seolah-olah kita memiliki perasaan yang sama. Bodoh, seharusnya aku tak terperangkap selama ini, seharusnya aku tak terjatuh sejauh ini, seharusnya aku tak tenggelam sedalam ini.
Dalam rentetan bulan, perasaan itu masih mengusikku. Masih membiarkan sosokmu masuk dalam relung-relung terkecil dihatiku. Mungkin kau akan tertawa mendengarkan perasaan yang terus berlanjut ini, perasaan yang aneh, yang mungkin tak dapat logika mu terima. Perasaan yang berawal dari berbagai godaan atas perasaan ku kepadamu, yang hanya gurauan semata, mengapa semakin menjadi-jadi?
Tuan, seadainya kau tahu. Usahaku begitu keras melupakan setiap detail terkecil tentang dirimu.
Melupakan senyummu yang kemarin masih dapat kurasakan dengan sangat jelas, namun sekarang nampaknya senyum itu hanya dapat kuingat. Karena kenangan itu benar-benar tinggal disini; hatiku.
Awalnya, aku pikir ini hanya ketertarikan semata yang akan hilang tersapu waktu, namun nampaknya yang kufrekuensikan selama ini salah. Sudah lebih setahun sejak kau benar-benar menghilang, kita bahkan tak pernah bertemu, bahkan pesan yang sering kali kuterima di dinginnya malam seperti kemarin, tak dapat kurasakan lagi. Sosokmu benar-benar pudar dari tatapanku, namun hangatnya senyum itu masih dapat kurasakan, dalam bayangku.
Menyakitkan jika perasaan ini terus berlanjut.
Memilukan, kau bahkan telah memiliki sesosok wanita yang spesial disana. Sedangkan aku masih terjebak dengan teori aneh ini. Sudah terlalu lama aku disini, berdiam diri, menanti suatu yang terlihat begitu samar, yang bahkan tak kuketahui getaran yang akan datang. Sesakit inikah? Disini aku masih memperhatikanmu. Masih menguntitmu dalam dunia maya, Aku memang penakut, Aku takut perasaan ini akan benar-benar kau rasakan. Aku memang pengecut. Aku tak akan pernah mendapatkan keberanian untuk mengungapkan perasaan yang terus menenggelamkanku dalam air mataku ini.
Disini, aku masih menjagamu dalam kejauhan, masih menunggu jemari-jemarimu menuliskan kabar terbarumu dalam recent tweets, masih memelukmu dalam kehangatan doaku.
Kuharap kau tahu, tulusnya perasaan yang tak gubris itu.
Perasaan bodoh seorang gadis yang terus berlanjut pada sosok yang hanya mengangapnya seorang teman, ia melihat bintang dalam kesunyian malamnya, menahan air matanya agar tak lagi terjatuh. Dinginnya angin malam terus memeluknya, ia masih bertanya, bolehkah perasaan itu terus berlanjut?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar on "Bolehkah Perasaan Itu Terus Berlanjut?"
Posting Komentar