Akhirnya, aku sampai pada tahap ini. Posisi yang sebenarnya tak pernah kubayangkan. Aku terhempas begitu jauh dan jatuh terlalu dalam. Kukira langkahku sudah benar. Kupikir anggapanku adalah segalanya. Aku salah, menyerah adalah jawaban yang kupilih; meskipun sebenarnya aku masih ingin memperjuangkan kamu.
Aku terpaksa berhenti karena tugasku untuk mencintaimu kini telah menjadi tugas barunya. Hari-hariku yang tiba-tiba kosong dan berbeda ternyata cukup membawa rasa tertekan. Mungkin ini berlebihan. Tentu saja kau pikir ini sangat berlebihan karena kamu tak ada dalam posisiku, kamu tak merasakan sesaknya jadi aku.
Jika aku punya kemampuan membaca matamu dan mengerti isi otakmu, mungkin aku tak akan mempertahankan kamu sejauh ini. Jika aku cukup cerdas menilai bahwa perhatianmu bukanlah hal yang terlalu spesial, mungkin sudah dari dulu kita tak saling kenal. Aku terburu-buru mengartikan segala perhatian dan ucapanmu adalah wujud terselubung dari cinta. Tapi, bukankah ketika jatuh cinta setiap orang selalu menganggap segala hal yang biasa terasa begitu spesial dan manis? Aku pernah merasakan fase itu. Aku juga manusia biasa. Aku berhak merasa bahagia karena membaca pesan singkatmu disela-sela dingin malamku. Aku boleh tersenyum karena detak jantungku tak beraturan ketika kamu mengirim alunan nada yang kukira liriknya untukku.
Aku mencintaimu. Sungguh. Setelah 2 tahun penantianku, kini mengetahui kau tak memilihku adalah hal paling sulit yang bisa kumengerti. Aku masih belum mengerti. Mengapa semua berakhir sesakit ini? Aku sudah berusaha semampuku, menjujung tinggi kamu sebisaku, tapi dimana perasaanmu? Sikapmu dingin, dan aku dilarang menuntun ini itu. Aku hanya temanmu. Hanya temanmu. Temanmu!
Jika kau ingin tau, aku kesesakan dalam status yang menyedihkan itu. Aku terkatung-katung sendirian. Meminum asam dan garam, membiarkan kamu meneguk hal-hal yang manis. Begitu banyak hal yang kulakukan, mengapa matamu masih belum terbuka dan hatimu masih tertutup ragu?
Sejak dulu, harusnya aku tak perlu kuperhatikan kamu sedetail itu. Sejak pertama bertemu, harusnya tak perlu kucari kontakmu dan kuhubungi kamu dengan begitu lugu, Sejak tau kehadiranmu, harusnya aku tak menggubris. Aku terlalu penasaran, terlalu mengikuti rasa keingintahuanku. Jika dari awal aku tak mengenalmu, mungkin aku tak akan tau rasanya meluruhkan air mata di pipi.
Iya. Aku bodoh. Puas?
Semua berlalu dan semua cerita harus punya akhir. Ini bukan akhir yang kupilih. Seandainya aku bisa memilih cerita akhir, aku hanya ingin kau tau; disini aku selalu bergetar ketika mendoakanmu.
Jumat, 19 Desember 2014
Rabu, 18 Juni 2014
Senin, 02 Juni 2014
Tau Adit ga? ituloh yang sering aku ceritain disini, yang sering aku maki gara2 aku kesel abis sama dia, yang bikin aku galau tiap buka profil dia, yang bikin aku tiap hari nyari info dia lewat orang yg juga suka sama dia yaa walaupun emg ajib banget sih info yg aku dapet, yang bikin buku tulisku penuh sama nama dia, yang bikin aku mikirin dia tiap denger lagu galau, yang bikin aku lumutan nungguin dia, yang sering aku sebut namanya tiap abis sholat, yang foto nya bejibun di leptopku, yang namanya selalu ga sengaja aku sebut kalo lagi latah, yang bikin aku loncat-loncat tiap ada bbm dari dia, yang bikin aku suka nyoret papan tulis kelas buat nulis nama dia, yang bikin aku sampe salah tulis nama waktu nulis absensi ulangan, yang bikin aku ngakak kalo lagi telfonan sm dia, yang bikin aku suka anime, yang sering aku kutuk krn ulah ny, yang bikin aku ngerasain semuanya hhahah
Senin, 14 April 2014
Sok Bijak Versi Gue
Galau.
Kata-kata laknat itu udah hinggap di gue dulu banget. Dan gue hancur sehancurnya *backsound Hancur Hatiku*.
Gue engga bahas kegalauan gue. Gue bahas tentang temen gue.
Emang bener kata pribahasa cowok kalo engga brengsek, ya homo.
Engga tau gue mesti gimana sewaktu denger curhatnya habis-habisan. Dari sakit hati ini gue ngambil kesimpulan, dari cinta kita berharap dan dari cintalah kita kegeeran. Intinya, cinta yang ngebikin kita lebih lemah, bahasa sadisnya, lebih lembek.
Untuk kali ini. Gue ngebiarin hati gue sebagai hukuman. Gue ngebiarin dia buat suka tapi engga usah pake harapan. Nah, loh.
Di hari yang sama gue nyuruh temen gue nangis. Karena dia sok-sokan tegar, dan itu sangat engga enak buat gue.
Gue pernah ngalami hal yang sama, bahkan gue engga mampu senyum seharian saking bleseknya.
Padahal, diantara temen-temen gue, gue selalu minder. Gue engga bisa ngelakuin hal yang besar. Sedangkan mereka dengan senang hati nunjukin kalo mereka deket sama pujaan hati.
Satu buat temen gue yang nyesek itu. Berhentilah berharap. Harapan itu muncul dari perasaan. Tapi gue engga nyuruh buang perasaan itu. Yang gue suruh buang adalah harapan.
Harapan itu muncul ketika udah ngerasa begitu jatuh cinta. Dan engga heran banyak berita yang ngabarin kalo orang ngebunuh kekasihnya sendiri.
Sadis memang. Tapi gue engga bisa memungkirinya kalo engga ada yang salah dan engga ada yang bener kisah temen gue ini.
Temen gue udah gue tekankan, terlalu ngarep. Dan gebetannya udah tarik-ulur -menurut-gue- dan itu memang kayak cowok-cowok kebanyakan. Dan banyak modusan.
Makanya gue engga tertarik bener denger orang yang bilang dia jatuh cinta. Gue minta bener, jangan sampe kayak gue.
Kalo udah kayak gini, gue cuma ngasih saran buat percaya. Percaya pada apapun. Percaya pada takdir yang udah nuntun lo sampe sekarang. Dan kalo masih engga sanggup, pilihan termutlak, pasrah.
Saran gue satu lagi, kalo udah ngalamin hal begini, lebih baik engga ngalaminnya sampe dua kali, kan? Move on. Jangan kayak gue yang kecantol itu-itu doang.
Sabtu, 12 April 2014
Sanggupkah Aku Bertahan?
Kenangan terindah adalah
kenangan yang paling buruk untuk diingat.
Mungkin benar, karena aku tahu kejadian-kejadian kecil namun manis itu tak akan terjadi lagi.
Ini mustahil bagaimana aku begitu keras melupakan hal-hal itu.
Sekuat apapun aku melupakannya.
Aku tetap gagal.
Entahlah ini bentuk kesetiaan yang mereka sebut "cinta sejati" atau kebodohan.
Mengapa aku tetap menunggu?
Sadarlah...
Dia yang kini bukanlah dia yang dulu. Aku kehilangan sosoknya yang selalu membuatku tersenyum disaat aku bahkan tak ingin untuk tersenyum.
Kemana sosoknya yang dulu? yang aku kenal? Aku kehilangan dia. Menyedihkan...
Dia adalah kenangan terindah yang pernah aku kenal. Entah, apa dia merasakan yang sama? atau mungkin aku hanya seolok kenangan yang dia abaikan. .
Namun semua sudah terjadi, kenangan dulu tak akan pernah aku temui lagi.
Aku kehilangan sosoknya.
Harus dimana aku menemukannya?
Bisakah aku menemukan sosoknya yang lama dan memintanya untuk mengembalikan semua seperti dulu? saat hatiku belum tersakiti sedalam ini? saat semua masih baik-baik saja. saat aku masih bisa tersenyum saat membaca pesan singkat yang ditulis oleh jemari-jemari kecilnya.
Betapa lama aku menghabiskan waktuku hanya untuk menunggu dan memperjuangkan orang yang bahkan tak menghirauhkanku?
Ini sudah terlalu lama. aku belum bisa melupakannya. namun mengapa dia bahkan sangat mudah mencintai orang lain. mengapa aku terlalu bodoh untuk memperjuangkan dan menunggu seseorang yang hanya menganggapku sebagai pelampiasan cinta untuknya ketika dia merasa jenuh dan bosan?
Pilu.
Tak lelahkah aku menunggu seorang yang tak akan kembali?
Aku kehilangan sosoknya.
Sanggupkah aku bertahan?
Mungkin benar, karena aku tahu kejadian-kejadian kecil namun manis itu tak akan terjadi lagi.
Ini mustahil bagaimana aku begitu keras melupakan hal-hal itu.
Sekuat apapun aku melupakannya.
Aku tetap gagal.
Entahlah ini bentuk kesetiaan yang mereka sebut "cinta sejati" atau kebodohan.
Mengapa aku tetap menunggu?
Sadarlah...
Dia yang kini bukanlah dia yang dulu. Aku kehilangan sosoknya yang selalu membuatku tersenyum disaat aku bahkan tak ingin untuk tersenyum.
Kemana sosoknya yang dulu? yang aku kenal? Aku kehilangan dia. Menyedihkan...
Dia adalah kenangan terindah yang pernah aku kenal. Entah, apa dia merasakan yang sama? atau mungkin aku hanya seolok kenangan yang dia abaikan. .
Namun semua sudah terjadi, kenangan dulu tak akan pernah aku temui lagi.
Aku kehilangan sosoknya.
Harus dimana aku menemukannya?
Bisakah aku menemukan sosoknya yang lama dan memintanya untuk mengembalikan semua seperti dulu? saat hatiku belum tersakiti sedalam ini? saat semua masih baik-baik saja. saat aku masih bisa tersenyum saat membaca pesan singkat yang ditulis oleh jemari-jemari kecilnya.
Betapa lama aku menghabiskan waktuku hanya untuk menunggu dan memperjuangkan orang yang bahkan tak menghirauhkanku?
Ini sudah terlalu lama. aku belum bisa melupakannya. namun mengapa dia bahkan sangat mudah mencintai orang lain. mengapa aku terlalu bodoh untuk memperjuangkan dan menunggu seseorang yang hanya menganggapku sebagai pelampiasan cinta untuknya ketika dia merasa jenuh dan bosan?
Pilu.
Tak lelahkah aku menunggu seorang yang tak akan kembali?
Aku kehilangan sosoknya.
Sanggupkah aku bertahan?
-creadit by: orin (orinrizkyamelia.blogspot.com)-
Rabu, 09 April 2014
Minggu, 09 Maret 2014
WUHUUUUUU (?)
Jadi gini ceritanya....
Pas hari jumat ada guru masuk ruang kelas kami, ngasih tau tentang sosialisai bina antarbudaya di SMA Negeri 17 yang bakal diadain pas besoknya, hari sabtu. Awalnya, gue gak tertarik. Tapi gak tau kenapa, rasanya pengen aja ikut. Jadi, gue daftarin nama gue buat ngikut itu acara. Pas malemnya, gue iseng nanya ke adtyagkrnsyh, "ikut sosialisasi itu ga di jubel besok?" terus dia jawab "ikut! kamu ikut?" spontan gue loncat-loncat kesenengan di kasur. Pas besok pagi nya, sekolah gue ngadain senam pagi dulu, sumpah baru hari itu gue semangat banget buat senam. Pas selesai senam ada pengumuman yang mau ikut sosialisasi bina antarbudaya harap berkumpul di lapangan. Gue yang saat itu lagi di kantin langsung ngacir, narik temen-temen gue ke lapangan. Terus di absen, abis itu udah langsung disuruh ke jubel. Pas di aula jubel gue nyari2 rombongan anak sma nya si adtyagakrnsyh, tapi ternyata belum dateng. Dengan sabar gue nunggu. Pas mereka dateng, sumpah jantung gue langsung olahraga sist, bro!!! setelah sekian lama gue gak pernah ketemu dia lagi, akhirnya gue dipertemukan kembali sama dia. Sumpah, rencana Tuhan emang indah yaaa. Dan selesai sosialisasi pas mau pada bubaran gue narik dia dulu, ngajak poto bareng. Asli gue grogi. Tapi dari pada nanti nyesel gue terpaksa harus singkirin dulu rasa grogi itu. Dan akhirnya kita poto berduaaaa. Pas sampe rumah, asli gue ngerasa yang gue alamin barusan itu cuma mimpi. Tapi begitu gue cek hp, ternyata, serius, gue ga mimpi.
Pas hari jumat ada guru masuk ruang kelas kami, ngasih tau tentang sosialisai bina antarbudaya di SMA Negeri 17 yang bakal diadain pas besoknya, hari sabtu. Awalnya, gue gak tertarik. Tapi gak tau kenapa, rasanya pengen aja ikut. Jadi, gue daftarin nama gue buat ngikut itu acara. Pas malemnya, gue iseng nanya ke adtyagkrnsyh, "ikut sosialisasi itu ga di jubel besok?" terus dia jawab "ikut! kamu ikut?" spontan gue loncat-loncat kesenengan di kasur. Pas besok pagi nya, sekolah gue ngadain senam pagi dulu, sumpah baru hari itu gue semangat banget buat senam. Pas selesai senam ada pengumuman yang mau ikut sosialisasi bina antarbudaya harap berkumpul di lapangan. Gue yang saat itu lagi di kantin langsung ngacir, narik temen-temen gue ke lapangan. Terus di absen, abis itu udah langsung disuruh ke jubel. Pas di aula jubel gue nyari2 rombongan anak sma nya si adtyagakrnsyh, tapi ternyata belum dateng. Dengan sabar gue nunggu. Pas mereka dateng, sumpah jantung gue langsung olahraga sist, bro!!! setelah sekian lama gue gak pernah ketemu dia lagi, akhirnya gue dipertemukan kembali sama dia. Sumpah, rencana Tuhan emang indah yaaa. Dan selesai sosialisasi pas mau pada bubaran gue narik dia dulu, ngajak poto bareng. Asli gue grogi. Tapi dari pada nanti nyesel gue terpaksa harus singkirin dulu rasa grogi itu. Dan akhirnya kita poto berduaaaa. Pas sampe rumah, asli gue ngerasa yang gue alamin barusan itu cuma mimpi. Tapi begitu gue cek hp, ternyata, serius, gue ga mimpi.
Sabtu, 25 Januari 2014
Langganan:
Postingan (Atom)
Jumat, 19 Desember 2014
Dear Aditya, Jika Dari Awal Aku Tak Mengenalmu...
Akhirnya, aku sampai pada tahap ini. Posisi yang sebenarnya tak pernah kubayangkan. Aku terhempas begitu jauh dan jatuh terlalu dalam. Kukira langkahku sudah benar. Kupikir anggapanku adalah segalanya. Aku salah, menyerah adalah jawaban yang kupilih; meskipun sebenarnya aku masih ingin memperjuangkan kamu.
Aku terpaksa berhenti karena tugasku untuk mencintaimu kini telah menjadi tugas barunya. Hari-hariku yang tiba-tiba kosong dan berbeda ternyata cukup membawa rasa tertekan. Mungkin ini berlebihan. Tentu saja kau pikir ini sangat berlebihan karena kamu tak ada dalam posisiku, kamu tak merasakan sesaknya jadi aku.
Jika aku punya kemampuan membaca matamu dan mengerti isi otakmu, mungkin aku tak akan mempertahankan kamu sejauh ini. Jika aku cukup cerdas menilai bahwa perhatianmu bukanlah hal yang terlalu spesial, mungkin sudah dari dulu kita tak saling kenal. Aku terburu-buru mengartikan segala perhatian dan ucapanmu adalah wujud terselubung dari cinta. Tapi, bukankah ketika jatuh cinta setiap orang selalu menganggap segala hal yang biasa terasa begitu spesial dan manis? Aku pernah merasakan fase itu. Aku juga manusia biasa. Aku berhak merasa bahagia karena membaca pesan singkatmu disela-sela dingin malamku. Aku boleh tersenyum karena detak jantungku tak beraturan ketika kamu mengirim alunan nada yang kukira liriknya untukku.
Aku mencintaimu. Sungguh. Setelah 2 tahun penantianku, kini mengetahui kau tak memilihku adalah hal paling sulit yang bisa kumengerti. Aku masih belum mengerti. Mengapa semua berakhir sesakit ini? Aku sudah berusaha semampuku, menjujung tinggi kamu sebisaku, tapi dimana perasaanmu? Sikapmu dingin, dan aku dilarang menuntun ini itu. Aku hanya temanmu. Hanya temanmu. Temanmu!
Jika kau ingin tau, aku kesesakan dalam status yang menyedihkan itu. Aku terkatung-katung sendirian. Meminum asam dan garam, membiarkan kamu meneguk hal-hal yang manis. Begitu banyak hal yang kulakukan, mengapa matamu masih belum terbuka dan hatimu masih tertutup ragu?
Sejak dulu, harusnya aku tak perlu kuperhatikan kamu sedetail itu. Sejak pertama bertemu, harusnya tak perlu kucari kontakmu dan kuhubungi kamu dengan begitu lugu, Sejak tau kehadiranmu, harusnya aku tak menggubris. Aku terlalu penasaran, terlalu mengikuti rasa keingintahuanku. Jika dari awal aku tak mengenalmu, mungkin aku tak akan tau rasanya meluruhkan air mata di pipi.
Iya. Aku bodoh. Puas?
Semua berlalu dan semua cerita harus punya akhir. Ini bukan akhir yang kupilih. Seandainya aku bisa memilih cerita akhir, aku hanya ingin kau tau; disini aku selalu bergetar ketika mendoakanmu.
Aku terpaksa berhenti karena tugasku untuk mencintaimu kini telah menjadi tugas barunya. Hari-hariku yang tiba-tiba kosong dan berbeda ternyata cukup membawa rasa tertekan. Mungkin ini berlebihan. Tentu saja kau pikir ini sangat berlebihan karena kamu tak ada dalam posisiku, kamu tak merasakan sesaknya jadi aku.
Jika aku punya kemampuan membaca matamu dan mengerti isi otakmu, mungkin aku tak akan mempertahankan kamu sejauh ini. Jika aku cukup cerdas menilai bahwa perhatianmu bukanlah hal yang terlalu spesial, mungkin sudah dari dulu kita tak saling kenal. Aku terburu-buru mengartikan segala perhatian dan ucapanmu adalah wujud terselubung dari cinta. Tapi, bukankah ketika jatuh cinta setiap orang selalu menganggap segala hal yang biasa terasa begitu spesial dan manis? Aku pernah merasakan fase itu. Aku juga manusia biasa. Aku berhak merasa bahagia karena membaca pesan singkatmu disela-sela dingin malamku. Aku boleh tersenyum karena detak jantungku tak beraturan ketika kamu mengirim alunan nada yang kukira liriknya untukku.
Aku mencintaimu. Sungguh. Setelah 2 tahun penantianku, kini mengetahui kau tak memilihku adalah hal paling sulit yang bisa kumengerti. Aku masih belum mengerti. Mengapa semua berakhir sesakit ini? Aku sudah berusaha semampuku, menjujung tinggi kamu sebisaku, tapi dimana perasaanmu? Sikapmu dingin, dan aku dilarang menuntun ini itu. Aku hanya temanmu. Hanya temanmu. Temanmu!
Jika kau ingin tau, aku kesesakan dalam status yang menyedihkan itu. Aku terkatung-katung sendirian. Meminum asam dan garam, membiarkan kamu meneguk hal-hal yang manis. Begitu banyak hal yang kulakukan, mengapa matamu masih belum terbuka dan hatimu masih tertutup ragu?
Sejak dulu, harusnya aku tak perlu kuperhatikan kamu sedetail itu. Sejak pertama bertemu, harusnya tak perlu kucari kontakmu dan kuhubungi kamu dengan begitu lugu, Sejak tau kehadiranmu, harusnya aku tak menggubris. Aku terlalu penasaran, terlalu mengikuti rasa keingintahuanku. Jika dari awal aku tak mengenalmu, mungkin aku tak akan tau rasanya meluruhkan air mata di pipi.
Iya. Aku bodoh. Puas?
Semua berlalu dan semua cerita harus punya akhir. Ini bukan akhir yang kupilih. Seandainya aku bisa memilih cerita akhir, aku hanya ingin kau tau; disini aku selalu bergetar ketika mendoakanmu.
Rabu, 18 Juni 2014
Senin, 02 Juni 2014
Tau Adit ga? ituloh yang sering aku ceritain disini, yang sering aku maki gara2 aku kesel abis sama dia, yang bikin aku galau tiap buka profil dia, yang bikin aku tiap hari nyari info dia lewat orang yg juga suka sama dia yaa walaupun emg ajib banget sih info yg aku dapet, yang bikin buku tulisku penuh sama nama dia, yang bikin aku mikirin dia tiap denger lagu galau, yang bikin aku lumutan nungguin dia, yang sering aku sebut namanya tiap abis sholat, yang foto nya bejibun di leptopku, yang namanya selalu ga sengaja aku sebut kalo lagi latah, yang bikin aku loncat-loncat tiap ada bbm dari dia, yang bikin aku suka nyoret papan tulis kelas buat nulis nama dia, yang bikin aku sampe salah tulis nama waktu nulis absensi ulangan, yang bikin aku ngakak kalo lagi telfonan sm dia, yang bikin aku suka anime, yang sering aku kutuk krn ulah ny, yang bikin aku ngerasain semuanya hhahah
Senin, 14 April 2014
Sok Bijak Versi Gue
Galau.
Kata-kata laknat itu udah hinggap di gue dulu banget. Dan gue hancur sehancurnya *backsound Hancur Hatiku*.
Gue engga bahas kegalauan gue. Gue bahas tentang temen gue.
Emang bener kata pribahasa cowok kalo engga brengsek, ya homo.
Engga tau gue mesti gimana sewaktu denger curhatnya habis-habisan. Dari sakit hati ini gue ngambil kesimpulan, dari cinta kita berharap dan dari cintalah kita kegeeran. Intinya, cinta yang ngebikin kita lebih lemah, bahasa sadisnya, lebih lembek.
Untuk kali ini. Gue ngebiarin hati gue sebagai hukuman. Gue ngebiarin dia buat suka tapi engga usah pake harapan. Nah, loh.
Di hari yang sama gue nyuruh temen gue nangis. Karena dia sok-sokan tegar, dan itu sangat engga enak buat gue.
Gue pernah ngalami hal yang sama, bahkan gue engga mampu senyum seharian saking bleseknya.
Padahal, diantara temen-temen gue, gue selalu minder. Gue engga bisa ngelakuin hal yang besar. Sedangkan mereka dengan senang hati nunjukin kalo mereka deket sama pujaan hati.
Satu buat temen gue yang nyesek itu. Berhentilah berharap. Harapan itu muncul dari perasaan. Tapi gue engga nyuruh buang perasaan itu. Yang gue suruh buang adalah harapan.
Harapan itu muncul ketika udah ngerasa begitu jatuh cinta. Dan engga heran banyak berita yang ngabarin kalo orang ngebunuh kekasihnya sendiri.
Sadis memang. Tapi gue engga bisa memungkirinya kalo engga ada yang salah dan engga ada yang bener kisah temen gue ini.
Temen gue udah gue tekankan, terlalu ngarep. Dan gebetannya udah tarik-ulur -menurut-gue- dan itu memang kayak cowok-cowok kebanyakan. Dan banyak modusan.
Makanya gue engga tertarik bener denger orang yang bilang dia jatuh cinta. Gue minta bener, jangan sampe kayak gue.
Kalo udah kayak gini, gue cuma ngasih saran buat percaya. Percaya pada apapun. Percaya pada takdir yang udah nuntun lo sampe sekarang. Dan kalo masih engga sanggup, pilihan termutlak, pasrah.
Saran gue satu lagi, kalo udah ngalamin hal begini, lebih baik engga ngalaminnya sampe dua kali, kan? Move on. Jangan kayak gue yang kecantol itu-itu doang.
Sabtu, 12 April 2014
Sanggupkah Aku Bertahan?
Kenangan terindah adalah
kenangan yang paling buruk untuk diingat.
Mungkin benar, karena aku tahu kejadian-kejadian kecil namun manis itu tak akan terjadi lagi.
Ini mustahil bagaimana aku begitu keras melupakan hal-hal itu.
Sekuat apapun aku melupakannya.
Aku tetap gagal.
Entahlah ini bentuk kesetiaan yang mereka sebut "cinta sejati" atau kebodohan.
Mengapa aku tetap menunggu?
Sadarlah...
Dia yang kini bukanlah dia yang dulu. Aku kehilangan sosoknya yang selalu membuatku tersenyum disaat aku bahkan tak ingin untuk tersenyum.
Kemana sosoknya yang dulu? yang aku kenal? Aku kehilangan dia. Menyedihkan...
Dia adalah kenangan terindah yang pernah aku kenal. Entah, apa dia merasakan yang sama? atau mungkin aku hanya seolok kenangan yang dia abaikan. .
Namun semua sudah terjadi, kenangan dulu tak akan pernah aku temui lagi.
Aku kehilangan sosoknya.
Harus dimana aku menemukannya?
Bisakah aku menemukan sosoknya yang lama dan memintanya untuk mengembalikan semua seperti dulu? saat hatiku belum tersakiti sedalam ini? saat semua masih baik-baik saja. saat aku masih bisa tersenyum saat membaca pesan singkat yang ditulis oleh jemari-jemari kecilnya.
Betapa lama aku menghabiskan waktuku hanya untuk menunggu dan memperjuangkan orang yang bahkan tak menghirauhkanku?
Ini sudah terlalu lama. aku belum bisa melupakannya. namun mengapa dia bahkan sangat mudah mencintai orang lain. mengapa aku terlalu bodoh untuk memperjuangkan dan menunggu seseorang yang hanya menganggapku sebagai pelampiasan cinta untuknya ketika dia merasa jenuh dan bosan?
Pilu.
Tak lelahkah aku menunggu seorang yang tak akan kembali?
Aku kehilangan sosoknya.
Sanggupkah aku bertahan?
Mungkin benar, karena aku tahu kejadian-kejadian kecil namun manis itu tak akan terjadi lagi.
Ini mustahil bagaimana aku begitu keras melupakan hal-hal itu.
Sekuat apapun aku melupakannya.
Aku tetap gagal.
Entahlah ini bentuk kesetiaan yang mereka sebut "cinta sejati" atau kebodohan.
Mengapa aku tetap menunggu?
Sadarlah...
Dia yang kini bukanlah dia yang dulu. Aku kehilangan sosoknya yang selalu membuatku tersenyum disaat aku bahkan tak ingin untuk tersenyum.
Kemana sosoknya yang dulu? yang aku kenal? Aku kehilangan dia. Menyedihkan...
Dia adalah kenangan terindah yang pernah aku kenal. Entah, apa dia merasakan yang sama? atau mungkin aku hanya seolok kenangan yang dia abaikan. .
Namun semua sudah terjadi, kenangan dulu tak akan pernah aku temui lagi.
Aku kehilangan sosoknya.
Harus dimana aku menemukannya?
Bisakah aku menemukan sosoknya yang lama dan memintanya untuk mengembalikan semua seperti dulu? saat hatiku belum tersakiti sedalam ini? saat semua masih baik-baik saja. saat aku masih bisa tersenyum saat membaca pesan singkat yang ditulis oleh jemari-jemari kecilnya.
Betapa lama aku menghabiskan waktuku hanya untuk menunggu dan memperjuangkan orang yang bahkan tak menghirauhkanku?
Ini sudah terlalu lama. aku belum bisa melupakannya. namun mengapa dia bahkan sangat mudah mencintai orang lain. mengapa aku terlalu bodoh untuk memperjuangkan dan menunggu seseorang yang hanya menganggapku sebagai pelampiasan cinta untuknya ketika dia merasa jenuh dan bosan?
Pilu.
Tak lelahkah aku menunggu seorang yang tak akan kembali?
Aku kehilangan sosoknya.
Sanggupkah aku bertahan?
-creadit by: orin (orinrizkyamelia.blogspot.com)-
Rabu, 09 April 2014
Minggu, 09 Maret 2014
WUHUUUUUU (?)
Jadi gini ceritanya....
Pas hari jumat ada guru masuk ruang kelas kami, ngasih tau tentang sosialisai bina antarbudaya di SMA Negeri 17 yang bakal diadain pas besoknya, hari sabtu. Awalnya, gue gak tertarik. Tapi gak tau kenapa, rasanya pengen aja ikut. Jadi, gue daftarin nama gue buat ngikut itu acara. Pas malemnya, gue iseng nanya ke adtyagkrnsyh, "ikut sosialisasi itu ga di jubel besok?" terus dia jawab "ikut! kamu ikut?" spontan gue loncat-loncat kesenengan di kasur. Pas besok pagi nya, sekolah gue ngadain senam pagi dulu, sumpah baru hari itu gue semangat banget buat senam. Pas selesai senam ada pengumuman yang mau ikut sosialisasi bina antarbudaya harap berkumpul di lapangan. Gue yang saat itu lagi di kantin langsung ngacir, narik temen-temen gue ke lapangan. Terus di absen, abis itu udah langsung disuruh ke jubel. Pas di aula jubel gue nyari2 rombongan anak sma nya si adtyagakrnsyh, tapi ternyata belum dateng. Dengan sabar gue nunggu. Pas mereka dateng, sumpah jantung gue langsung olahraga sist, bro!!! setelah sekian lama gue gak pernah ketemu dia lagi, akhirnya gue dipertemukan kembali sama dia. Sumpah, rencana Tuhan emang indah yaaa. Dan selesai sosialisasi pas mau pada bubaran gue narik dia dulu, ngajak poto bareng. Asli gue grogi. Tapi dari pada nanti nyesel gue terpaksa harus singkirin dulu rasa grogi itu. Dan akhirnya kita poto berduaaaa. Pas sampe rumah, asli gue ngerasa yang gue alamin barusan itu cuma mimpi. Tapi begitu gue cek hp, ternyata, serius, gue ga mimpi.
Pas hari jumat ada guru masuk ruang kelas kami, ngasih tau tentang sosialisai bina antarbudaya di SMA Negeri 17 yang bakal diadain pas besoknya, hari sabtu. Awalnya, gue gak tertarik. Tapi gak tau kenapa, rasanya pengen aja ikut. Jadi, gue daftarin nama gue buat ngikut itu acara. Pas malemnya, gue iseng nanya ke adtyagkrnsyh, "ikut sosialisasi itu ga di jubel besok?" terus dia jawab "ikut! kamu ikut?" spontan gue loncat-loncat kesenengan di kasur. Pas besok pagi nya, sekolah gue ngadain senam pagi dulu, sumpah baru hari itu gue semangat banget buat senam. Pas selesai senam ada pengumuman yang mau ikut sosialisasi bina antarbudaya harap berkumpul di lapangan. Gue yang saat itu lagi di kantin langsung ngacir, narik temen-temen gue ke lapangan. Terus di absen, abis itu udah langsung disuruh ke jubel. Pas di aula jubel gue nyari2 rombongan anak sma nya si adtyagakrnsyh, tapi ternyata belum dateng. Dengan sabar gue nunggu. Pas mereka dateng, sumpah jantung gue langsung olahraga sist, bro!!! setelah sekian lama gue gak pernah ketemu dia lagi, akhirnya gue dipertemukan kembali sama dia. Sumpah, rencana Tuhan emang indah yaaa. Dan selesai sosialisasi pas mau pada bubaran gue narik dia dulu, ngajak poto bareng. Asli gue grogi. Tapi dari pada nanti nyesel gue terpaksa harus singkirin dulu rasa grogi itu. Dan akhirnya kita poto berduaaaa. Pas sampe rumah, asli gue ngerasa yang gue alamin barusan itu cuma mimpi. Tapi begitu gue cek hp, ternyata, serius, gue ga mimpi.
Sabtu, 25 Januari 2014
Langganan:
Postingan (Atom)